PRIMETIME 3 FASE KEHIDUPAN MANUSIA : BERIBADAH, BELAJAR
DAN BEKERJA
Oleh : Dimyat, S.Ag.
(Guru SD, Humas LPIT TBZ & PGSI, Redaktur Majalah
Sekolah Intajiyah)
Manusia menjadi salah satu dari 3 pelaku (subjek) utama
dalam kehidupan di alam semesta ini. Selain dari manusia ada hewan dan tumbuhan
dalam kehidupan alam dunia nyata, atau malaikat dan jin atau syaitan yang
mewakili dunia alam ghoib. Dengan posisi atau maqom seperti itu maka sudah
sepantasnyalah kita berkaca diri dan bertanya ; apakah kita sudah layak menjadi
pemeran utama dalam alur peradaban manusia menuju tatanan dunia baru seperti
sekarang ini ? Apakah tugas utama kita? Apa pedomannya?
Maka pantaslah bila Tuhan, yakni Allah Yang Maha Esa
melebihkan derajat manusia di atas derajat makhluk yang lainnya. Seperti yang
tersurat dalam firman-Nya “Dan sungguh Kami telah memuliakan anak cucu Adam,
dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami
ciptakan dengan kelebihan yang sempurna” QS. Al-Isro’ (17) : 70. Dalam ayat
yang lain disebutkan “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar
mereka beribadah kepada-Ku” QS. Adzariyat (51) : 56.
Namun kita sebagai manusia diingatkan jangan sombong
dulu, dengan julukan dan nasib seperti disebutkan di atas. Yang
membedakan manusia dengan tumbuhan dan binatang ternyata pada hati, akal serta
ibadahnya, karena diceritakan dalam suatu keterangan bahwa tumbuhan dan
binatang juga sama-sama beribadah, tunduk, sujud menyembah Allah. Dibalik
psisioning yang Allah berikan kepada kita tadi ada suatu ujian bagi kita,
apakah kita benar-benar amanah atau tidak, adil atau tidak, benar-benar
sidiq atau kadib alias dusta, karena jika kita tidak amanah, jika kita
tidak adil, dan jika kita dusta bahkan mendustakan ayat-ayat-Nya, maka
‘maqom’ seperti di atas bisa saja berubah 180 derajat sebagaimana dalam
firman-Nya juga Allah nyatakan :
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan,
maka mereka akan mendapatkan pahala yang tidak akan putus-putusnya, maka apa
yang menyebabkan mereka mendustakanmu tentang hari pembalasan setelah adanya
keterangan-keterangan itu? Bukankah Allah adalah hakim yang paling adil?” QS.
At-Tiin (95) : 4-8. Atau dalam ayat yang lainnnya juga telah dijelaskan.
“Dan sungguh akan kami isi neraka Jahannam itu banyak
dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakan
untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka memiliki mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga, tetapi dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah)
mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang
yang lengah” QS Al-A’raf (7) : 179
Oleh sebab itu maka melalui judul tulisan ini penulis
berharap semoga menjadi pengingat bagi penulis pribadi dan pembaca yang shaleh
dan cerdas karena peringatan itu baik agar kita tidak tergolong orang-orang
yang lalai seperti yang dinyatakan dalam ayat tadi di atas. Semoga juga
mengingatkan pemirsa akan bahaya sebuah tayangan televisi yang menjadi
corong liberalisme dan strategi global untuk mendeskreditkan golongan tertentu.
Mereka menyajikankan beritanya pada primetime yang tepat, padahal pada jam
tersebut sedang saatnya bagi seseorang untuk melakukan 3 hal di atas ;
beribadah, belajar atau bekerja.
Tidak 100% salah, tetapi kita menyadari itulah era
sekarang dimana berita menjadi kebutuhan tersendiri dalam kehidupan ini, seolah
kalau seharian tidak memperoleh berita rasanya ada sesuatu yang kurang dalam
hidup ini, yang jadi persoalan adalah TV untuk saat ini ada yang menyebutnya
zaman ‘ketidakpercayaan’ seperti sekarang ini maka sanad (perantara) berita
menjadi sesuatu yang sangat penting , Televisi saat ini bukan satu-satunya
sumber berita, masih banyak sumber lain yang bisa kita akses tanpa harus
meninggalkan esensi dari beritanya itu sendiri bahkan bisa jadi lebih update
dan lebih valid, tanpa meninggalkan krtiga primetime kehidupan kita tadi.
Siklus kehidupan seorang manusia juga mengalami tiga
fase. Seperti yang kita saksikan dan banyak sekali orang mengalaminya serta
dijelaskan secara langsung dalam firman-Nya : LEMAH-KUAT-LEMAH (KEMBALI) DAN
BERUBAN.“Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudia Dia
menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dan Dia Maha
Mengetahui, Mahakuasa.” QS. Ar-Ruum (30) : 54
Jadi 3 fase inilah yang harus benar-benar dioptimalkan
untuk masa pendidikan anak, pendidikan ibadah sebagai dasar untuk karakter atau
akhlak, penguatan keilmuan dan keterampilan sebagai pondasi untuk bekerja. Jika
dalam dunia pendidikan ada istilah goldenage, pedagogik dan andregogik, maka
dalam Islam fiqih islam ada masa dimana masa pra baligh, masa baligh atau masa
dewasa, serta masa tua atau masa pikun. Sehingga cita-cita untuk mewujudkan
generasi yang shaleh (islami), cerdas (smarta) serta mampu berkomunikasi dalam
peradaban global (gaul) benar-benar bisa diwujudkan dalam keluarga, masyarakat
dan bangsa ini.
Pedoma penting yang dibutuhkan sebagai pegangan agar
keselamatan dan kebahagiaan hidup di alam dunia. Dan supaya berlanjut sampai ke
alam akhirat kelak selain ada ayat suci juga ada ayat konstitusi atau
peraturan, mulai dari peraturan RT-RW sampai NKRI. Bagi sebagian besar bangsa
Indonesia memegang teguh agamanya dan berdasarkan konstitusi memang semua warga
negara ini harus beragama maka selain kita berpedoman kepada ayat-ayat
konstitusi juga harus dibarengi dengan taat kepada ayat-ayat suci (Al-Qur’an)
dalam hal ini umat islam sebagai mayoritas masyarakat di negeri ini, Wallahu
a’lam [DM].
Sumber : kompasiana (Dimyat Aa Dym)